cerita petang

'',,,Allahu Akbar Allahu Akbar, Laailaaha Illallohh."

Iqomat magrib dikumandangkan, artinya sholat maghrib berjama'ah akan segera dilaksanakan di masjid ini, Masjid Al-Jihad. Layaknya seperti waktu maghrib pada umumnya para jama'ah telah siap melaksanakan kewajibannya.  

Para jama'ah telah rapi di shafnya, namun belum ada seseorang yang maju untuk menjadi imam, padahal mereka yang hadir notabene adalah orang-orang berpendidikan baik umum maupun pendalaman pengetahuan agama. dan ada seorang profil "Kyai" pula disana, beliau adalah Kyai H. Syukron Jazilan.

Biasanya, Abah Syukron (biasa beliau disapa) selepas iqomah langsung ambil langkah maju untuk menjadi imam, namun kali ini beliau hanya berdiri.

Lantas secara mengejutkan, beliau menoleh ke kanan seraya berkata "Monggo Abah, Panjenengan mawon...!". Ternyata itu diucapkan kepada Abah Burhan. Kenapa demikian? Apa alasannya?? Apakah karena Abah Burhan berilmu lebih tinggi ketimbang Abah Syukron??

Ntahlah, mungkin yang lebih paham maksudnya adalah beliau sendiri. Dan Abah Burhan pun tidak menolak permintaan Abah Syukron barangkali ini sebagai penghormatan atas tawaran yang diberikan kepadanya.

''Allaahu Akbarrr..."

Abah Burhan memulai takbiratul ihram diikuti oleh semua jama'ah. Suaranya yang keras dan khas menggelegar memenuhi seluruh sudut masjid. Seusai sholat, seperti biasanya ritual wiridan dilaksanakan dan Abah Burhan pula yang memimpin, dan saat tiba kesempatan untuk berdoa, beliau melepaskan mic yang menempel di bajunya dan diberikan kepada Abah Syukron.

Subhanalloh, mungkin kalau kita perhatikan, itu merupakan hal yang biasa, namun kalau kita bisa lebih peka dan memperhatikan lebih dalam lagi, disana terjadi harmoni dan romantisme silaturrahmi antara 2 orang. Dimulai dari memberikan kesempatan sebagai wujud penghormatan dan diakhiri dengan penghormatan dan penghargaan pula.

Semoga kita semua juga dijadikan pribadi yang mampu membesarkan, menghargai dan menghormati orang lain. Amin